Pembelajaran IPA sebagai media pengembangan potensi siswa
SDseharusnya didasarkan pada karakteristik psikologis anak; memberikan kesenangan
bermain dan kepuasan intelektual bagi mereka dalam membongkar misteri, seluk
beluk dan teka-teki fenomena alam di sekitar dirinya;mengembangkan potensi Sainti yang
terdapat dalam dirinya; memperbaiki konsepsi
mereka yang masih keliru tentang fenomena alam; sambil membekali keterampilan dan membangun konsep-konsep baru yang
harus dikuasainya. Selainitu penilaian
dalam pengajaran IPA harus dilakukan dengan menggunakan sistempenilaian (asesmen) yang adil, proporsional,
transparan, dan komprehensif bagisetiap
aspek proses dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan jenjang dan karakteristik perkembangan
intelektual anak seusia siswa SD maka penyajian konsep dan keterampilan
dalam pembelajaranIPA harus dimulai dari nyata (konkrit) ke abstrak; dari mudah
ke sukar; dari sederhana ke rumit, dan dari dekat ke jauh. Dengan kata lain, mulailah
dari apayang ada pada/di sekitar siswa dan yang dikenal, diminati serta
diperlukan siswa.Secara psikologis, anak usia SD berada dalam dunia bermain.
Tugas guru adalah menciptakan dan mengoptimalkan suasana bermain tersebut dalam
kelas sehinggamenjadi media yang efektif untuk membelajarkan siswa dalam IPA.
Sesekali tidak boleh terjadi, pembelajaran IPA di SD justru mengabaikan apalagi
menghi-langkan dunia bermain anak. Pembelajaran IPA akan berlangsung efektif
jika kegiatan belajar mengajarnya mampu mencitrakan kepada siswa bahwa kelas adalah
tempat untuk bermain, aman dari segala bentuk ancaman dan hambatanpsikologis, serta memfasilitasi siswa untuk secara
lugas mengemukakan dan men-cobakan
ide-idenya.
Bobbi dePorter dalam Quantum Learning (1999:22-24)
menginformasikan tentang pentingnya menciptakan suasana kelas sebagai tempat
'bermain sambil belajar' yang aman dari caci maki dan ancaman serta bermaknabagi
siswa.
Jack Canfield (1982) dalam Quantum Learning melaporkan hasil
penelitiannya di sejumlah sekolah dasar di USA bahwa setiap anak dalam
seharirata-rata menerima 460 komentar negatif atau kritik dan hanya 75
komentarpositif atau yang bersifat mendukung. Komentar negatif enam kali lebih
banyak dibandingkan komentar positif! Dengan demikian kelas (sekolah)
telah memindahkan siswa dari lingkungan hidup yang humanis dan demokratis ke'kamp-kamp
konsentrasi ala Nazi'. Sangat disayangkan! Berdasarkan hasil survey dan
penelitian penulis disejumlah SD, pembelajaran IPA di sekolah dasar tradisional
telah mengalihkananak dari pendekatan "global learning" yang
menyenangkan dan holistik menjadi pendekatan kaku, linear, dan verbalistis.
Masih sering terjadi, dalam pembelajaranIPA guru mengharapkan siswa diam dengan
sikap duduk tegak dan bersidekaptangan, dalam deretan bangku-bangku yang
berjajar menghadap ke depan,sementara guru dengan fasih menceramahkan materi
IPA. Hilang sudah kinerjasaintis anak yang begitu cekatan mengobservasi dan
memperlakukan benda-benda apa saja yang ada di sekitarnya. Pembelajaran IPA
yang demikian, jelassangat bertentangan dengan hakikat anak dan pendidikan IPA
itu sendiri.Disamping pemahaman dan pengimplementasian karakteristik psikologissiswa
pada pembelajaran IPA, kejelasan wawasan guru tentang ruang lingkup
IPA juga sangat menentukan kualitas pengajaran IPA di Sekolah Dasar.
MenurutConnor (dalam Rowe, M.B., 1990:6) cakupan pendidikan IPA untuk
pendidikandasar harus berorientasi pada empat hal: (1) Personal needs: menyiapkan
individuyang mampu menggunakan IPA bagi peningkatan tarap hidup dan
menghadapiperkembangan teknologi; (2) Social Issues : menanamkan tanggung
jawabterhadap isu-isu sosial yang berkaitan dengan IPA; (3) Career
Education Awareness : menanamkan kesadaran akan sifat dan ruang lingkup
IPA yangberhubungan dengan pengembangkan bakat dan minat ; (4)
AcademicPreparation : memberi landasan bagi siswa yang akan mendalami IPA
secara akademik dan profesional.Connor (1990:7) berkesimpulan bahwa pendidikan
IPA untuk sekolahdasar harus secara konsisten berorientasi pada: (1)
pengembangan keterampilanproses, (2) pengembangan konsep, (3) aplikasi, dan (4)
isu sosial yang berdasarpada sains.
Sedangkan
Carin & Sund (1989:16) memberikan arahan bagaimanasemestinya IPA diajarkan
pada pendidikan dasar ⎯ termasuk SD, yaitu:
- menyiapkan siswa agar dapat menggunakan IPA dan teknologi dalammemahami dan memperbaiki kehidupan sehari-hari,
- menyiapkan siswa agar dapat menggunakan IPA dan teknologi dalammenghadapi isu-isu sosial yang berhubungan dengan IPA,
- menanamkan ke dalam diri siswa keingintahuan akan alam sekitar, serta dapatmemahami penjelasan-penjelasan ilmiah tentang fenomena alam,
- menanamkan kesadaran dan pengertian akan hakikat IPA sebagai programinternasional,
- menanamkan pengertian akan adanya hubungan yang erat antara IPA danteknologi.
Pada buku pedoman belajar mengajar sekolah dasar dicantumkan enam prinsip pengembangan dan operasional pembelajaran bagi para guru SD, yaitu :
- Mengacu pada tujuan; yang harus relevan antara tujuan kurikuler, tujuaninstruksional dan pelaksanaan pembelajaran;
- Keluwesan
dalam hal penyesuaian waktu, penggunaan pendekatan dan metodemengajar,
penggunaan sarana dan sumber belajar, dan urutan bahan pelajarandalam satu
caturwulan;
- Kesesuaian dalam hal tingkat usia, tingkat pemahaman, dan keadaan daerahsiswa;
- Keseimbangan antara bahan pelajaran teoritis dan kegiatan-kegiatan-kegiatannyata serta pengembangan sikap dan nilai.
- Kesinambungan bahan pelajaran, baik antar tingkat/kelas di SD maupun antaraSD dan SLTP.
- Belajar aktif dan koperatif baik secara mental, fisik, maupun sosial.
Guru
pengajar IPA yang amanah dan profesional dituntut untuk mampu mengelaborasi
keenam prinsip di atas dalam kegiatan belajar mengajar IPA di ke-las. Tujuan
pembelajaran yang disusun, metode yang dipilih, materi pelajaran danstrategi
pembelajaran yang dikembangkan, serta evaluasi yang digunakan, satusama lain
harus saling bertautan dengan serta bersumber dari Kompetensi Umum, Kompetensi
Dasar, Materi Pokok dan Indikator Pencapaian Hasil Belajar seba-gaimana
tercantum pada kurikulum Mata Pelajaran Sains SD.Sebagai contoh, jika dalam
kurikulum tertulis Kompetensi Dasar: 'Men-gidentifikasi
ciri-ciri umum makhluk hidup dan kebutuhannya’ maka tujuan pembelajaran yang dirumuskan harus menggambarkan aktifitas
siswa melakukanpengidentifikasian ciri-ciri mahkluk hidup dan kebutuhannya.
Misalnya, menunjukkan ciri-ciri makhluk hidup dan makhluk tak hidup,
mengklasifikasi jenismakhluk hidup berdasarkan cirinya, dan menyelidiki
kebutuhan dan cara hidup jenis-jenis hewan dan tumbuhan dalam
mempertahankan hidupnya. Metode yangharus digunakan guru dalam pembelajaran
topik tersebut adalah metode eksperi-men, sedangkan evaluasi hasil belajar di
samping menggunakan tes penguasaankonsep, semestinya juga disertai dengan
penilaian kinerja (assessment perform-ance) terhadap proses dan produk kegiatan
praktikum yang dilakukan siswa.
Sumber :
http://www.scribd.com/doc/17087298/Karakteristik-Pembelajaran-IPA-SD
0 komentar:
Posting Komentar