RSS
Selamat Datang

Arsip

Sedang membuka arsip. SILAHKAN TUNGGU SEBENTAR....

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VISUAL-AUDITORI-KINESTETIK (VAK) UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA


A.      JUDUL PENELITIAN
Penerapan Model Pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK) Untuk Meningkatkan Pembelajaran Konsep Sifat-Sifat Cahaya Di Kelas V SDN 2 Suntenjaya

B.       BIDANG KAJIAN
A.    Mata Pelajaran yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
B.     Bidang Kajian penelitian ini adalah pembelajaran konsep Sifat-sifat Cahaya.
C.      LATAR BELAKANG MASALAH
Ilmu pengetahuan Alam (IPA) sebagai disiplin ilmu adalah salah satu mata pelajaran yang penting untuk diberikan kepada peserta didik di Sekolah Dasar (SD). Dalam pembelajarannya Hakikat IPA ada tiga yaitu IPA sebagai proses, produk, dan pengembangan sikap. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip, teori, hukum, sedangkan proses IPA merupakan proses yang dilakukan oleh para ahli dalam menemukan produk IPA. Proses IPA di dalamnya terkandung cara kerja dan cara berpikir. Sikap yang dikembangkan dalam pembelajaran IPA adalah sikap ilmiah yang antara lain terdiri atas obyektif, berhati terbuka, tidak mencampur adukkan fakta dan pendapat, bersifat hati-hati dan ingin tahu. Oleh karena itu proses pembelajaran IPA harus mengacu pada hakikat IPA baik IPA sebagai produk, proses, dan pengembangan sikap.
Di samping itu, menurut permen 22  tahun 2005 menyatakan bahwa pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar  menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Oleh karena itu maka pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan peserta didik secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada peserta didik untuk melakukan  keterampilan proses meliputi:  mencari,  menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai,  dan pengalaman yang dibutuhkan.  Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ahmad Susanto (2012 : 170-171) bahwa : “pembelajaran IPA atau sains merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap-sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA.” Dengan pembelajaran yang bermakna maka peserta didik akan mampu memahami mata pelajaran IPA secara keseluruhan tidak terbatas pada hafalan materi semata.
Namun hal ini berbanding terbalik dengan fakta yang terjadi dilapangan. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di SDN 2 Suntenjaya khusunya di kelas V, proses belajar mengajar masih berpusat pada guru. Kegiatan pembelajan IPA masih dilakukan secara konvensional, dengan guru lebih banyak menerangkan materi pembelajaran dan peserta didik hanya berperan sebagai penyimak. Pembelajaran IPA yang demikina tidak atau belum memberi kesempatan maksimal kepada peserta didik untuk mengembangkan kreatiftasnya. Dimana proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi, peserta didik dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkanknya dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dalam proses belajar mengajar, guru hanya terpaku pada buku teks sebagai satu-satunya sumber pembelajaran.
Permasalahan yang kemudian muncul di lapangan sehubungan hal tersebut adalah peserta didik merasa kurang antusias selama mengikuti pembelajaran yang  belangsung, ketika guru menerangkan banyak diantaranya yang tidak memperhatikan dan sibuk dengan kegiatan masing-masing seperti mengobrol, bercanda bahkan ada yang keluar masuk ruangan. Dengan model pembelajaran yang masih konvensional membuat peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan. Selain itu model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang memperhatikan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diajarkan sehingga membuat pembelajaran yang berlangsung kurang bermakna. Hal ini berdampak pada kurangnya pemahaman konsep peserta didik pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam. Salah satunya ditandai dengan rendahnya  hasil belajar peserta didik. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil bahwa secara umum nilai rata-rata kelas hanya mencapai 57 dari nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang telah ditentukan untuk mata pelajaran IPA di sekolah tersebut yaitu 65. Dengan presentase rata-rata 32 % peserta didik di kelas V menguasai mata pelajaran IPA sedangkan 68% peserta didik kurang menguasai dan memahami mata pelajaran IPA. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar peserta didik kurang menguasai dan memahami mata pelajaran IPA..
Dari pemaparan diatas, dapat  disimpulkan bahwa persoalan pokok yang menjadi penyebab rendahnya pemahaman peserta didik dalam pembelajaran IPA adalah berkaitan dengan pembelajaran yang dilakukan selama ini kurang bermakna. Model, teknik dan sumber belajar yang digunakan oleh guru selama kegiatan pembelajaran kurang cocok dengan mata pelajaran IPA yang tidak hanya menekankan pada penghafalan materi semata. Maka dari itu guru harus lebih kreatif dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang akan disampaikan. Sebagai guru yang baik dituntut untuk dapat menciptakan pembelajaran yang kreatif dan inofatif sehingga dapat tercipta suasana pembelajaran yang kondusif . Hal ini dimaksudkan agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.
Berpedoman pada fakta-fakta diatas, salah satu alternatif pemecahan masalah yang dapat diambil adalah dengan penerapan model pembelajaran VAK. Penerapan model pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK)” diharapkan mampu membuat siswa menjadi antusias dalam mengikuti pembelajaran. Pada pembelajaran visual-auditori-kinestetik (VAK), pembelajaran difokuskan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung (direct experience) dan menyenangkan. Model pembelajaran ini sesuai untuk diterapkan dikelas dengan siswa yang memiliki karakteristik berbeda seperti kelas V di SDN 2 Suntenjaya. karena pembelajarannya difokuskan pada multi aspek. Model pembelajaran ini, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar langsung dengan bebas menggunakan modalitas yang dimilikinya untuk mencapai pemahaman dan pembelajaran yang efektif. Pada pelaksanaannya model pembelajaran VAK, memungkinkan guru memanfaatkan berbagai media pembelajaran yang dapat membuat proses pembelajaran semakin menarik minat peserta didik. 
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka perlu diadakan penelitian tindakan kelas sebagai upaya perbaikan proses pembelajaran konsep dalam mata pelajaran IPA, dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul: Penerapan Model Pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK) Untuk Meningkatkan Pembelajaran Konsep Sifat-Sifat Cahaya Di Kelas V SDN 2 Suntenjaya

D.      RUMUSAN MASALAH
Merujuk pada latar belakang yang telah dipaparkan , peneliti merumuskan masalah utama dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah penerapan model pembelajaran visual-auditori-kinestetik (VAK) untuk meningkatkan pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya di kelas V SDN 2 suntenjaya?”. Secara spesifik rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1.        Bagaimanakah peningkatan pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya melalui penerapan model pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK) di SDN 2 Suntenjaya?
2.        Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan model pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK) di SDN 2 Suntenjaya?


E.       TUJUAN PENELITIAN
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini secara umum adalah “Untuk memperoleh dan mendeskripsikan data mengenai penerapan model pembelajaran visual-auditori-kinestetik (VAK) untuk meningkatkan pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya di kelas V SDN 2 suntenjaya. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebgai berikut:
1.        Untuk memperoleh dan mendeskripsikan data mengenai peningkatan pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya melalui penerapan model pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK) di SDN 2 Suntenjaya
2.        Untuk memperoleh dan mendeskripsikan data mengenai peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan model pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK) di SDN 2 Suntenjaya

F.       MANFAAT HASIL PENELITIAN
Adapun manfaat yang dapat diambil  dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.        Manfaat teoritis
Melalui kegiatan penelitian ini diharapkan diperoleh suatu model pembelajaran yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran IPA sebagai salah satu upaya meningkatkan pemahaman pembelajaran IPA khususnya materi Sifat-Sifat Cahaya yang nantinya dapat dijadikan sebagai refrensi bagi  peneliti selanjutnya.
2.        Manfaat Praktis
a.    Bagi Siswa
1.         Meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi sifat-sifat cahaya
2.         Mendorong siswa lebih aktif, kreatif, dan berani mengungkapkan pendapat
3.         Mendapatkan pengajaran yang konkrit yaitu tidak hanya sekedar konsep melainkan proses suatu kejadian
4.         Menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi dan merasa antusias dalam mengikuti pembelajaran.
b.    Bagi guru
1.      Meningkatnya kemampuan guru dalam mengatasi kendala pembelajaran Ilmu Pengetahuan  Alam (IPA)
2.      Dapat memberikan inspirasi bagi guru untuk melakukan proses belajar pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif  sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan.
3.      Melatih keprofesionalan seorang guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang  sesuai dengan karakteristik peserta didik
c.    Bagi sekolah
1.      Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi pembelajaran bagi para guru lain dalam mengajarkan materi.
2.      Sebagai masukan dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara intensif dan menggunakan model pembelajaran yang lebih inovatif agar kualitas pembelajaran lebih efektif khususnya pada kualitas sekolah.

G.      KAJIAN PUSTAKA
1. Karakteristik Pembelajaran IPA
a.     Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya. Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa latin yaitu scienta yang berarti “saya tahu”. Dalam bahasa inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti “pengetahuan”. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam bahasa indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). Menurut Ahmad Susanto (2012: 167) menyatakan bahwa
Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa IPA atau sains merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan dalam bentuk fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenaranya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.
b.    Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
1)   IPA sebagai produk
IPA sebagai disiplin ilmu disebut produk IPA karena isinya merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuan selama berabad-abad. Bentuk IPA sebagai produk adalah fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori IPA. Jika ditelaah lebih lanjut, fakta-fakta merupakan hasil kegiatan empirik dalam IPA, sedangkan konsep, prinsip, hukum, dan teori-teori dalam IPA merupakan hasil kegiatan analitik.
2)   IPA sebagai proses
Memahami IPA bukan hanya memahami fakta-fakta dalam IPA. Memahami IPA berarti juga memahami proses IPA yaitu memahami bagaimana mengumpulkan fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta untuk menginterpretasikannya. Para ilmuan mempergunakan berbagai prosedur empirik dan prosedur analitik dalam usaha untuk memahami alam semesta ini. Prosedur-prosedur tersebut disebut proses ilmiah atau proses sains. Keterampilan proses IPA disebut juga keterampilan belajar seumur hidup. Sebab keterampilan ini dapat juga dipakai di bidang lain dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuan, di antaranya adalah: Mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesa, membuat grafik, membuat table data, membuat definisi operasional, dan melakukan eksperimen.
3)   IPA sebagai sikap ilmiah
Sikap yang dimaksud antara lain: 1) obyektif terhadap fakta, 2) tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung, 3) berhati terbuka, 4) tidak mencampuradukan fakta dengan pendapat, 5) bersifat hati-hati, dan 6) ingin menyelidiki.
c.    Tujuan Pembelajaran IPA
Pelaksanaan pembelajaran IPA seperti diatas dipengaruhi oleh tujuan apa yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran IPA di SD dalam Kurikulum KTSP menurut Depdiknas, 2006 dalam http://faizalnizbah.blogspot.com/2013/05/hakikat-ipa.html secara terperinci adalah:
1)        memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya,
2)        mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
3)        mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat,
4)        mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,
5)        meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan
6)        memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs
Tujuan pembelajaran IPA di SD di samping untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,  juga mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Tujuan tersebut dicapai dengan cara mengajarkan IPA yang mengacu pada hakikat IPA dan menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa. Pembelajaran IPA harus berpusat pada siswa serta memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan ide atau gagasan, mendiskusikan ide atau gagasan dengan siswa lain serta membandingkan ide mereka dengan konsep ilmiah dan hasil pengamatan atau percobaan untuk merekontruksi ide atau gagasan yang akhirnya siswa menemukan sendiri apa yang dipelajari.
2.    Pembelajaran Konsep
a.    Pembelajaran
Menurut Miftahul Huda (2013;2), pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar adalh proses alamiah seseorang. Salah satu bentuk pembelajaran adalah pemrosesan informasi. Hal ini bisa dianalogikan dengan otak atau pikiran kita yang berperan layaknya komputer dimana ada input dan penyimpanan informasi didalamnya. Yang dilakukan otak kita adalah bagaimana memperoleh kembali materi informasi tersebut. Dengan demikian dalam pembelajaran, seseorang perlu terlibat dalam refleksi dan penggunaan memori untuk melacak apa saja yang harus ia serap, yang harus disimpan dalam memorinya dan bagaimana ia menilai informasi yang telah ia peroleh (Glass dan Hoylyoak dalam Miftahul Huda, 2013;2)
b.    Konsep
Menurut Ratna Wilis Dahar (2006;64) konsep merupakan suatu abstraksi mental yang mewakili satu kelas stimulus. Suatu konsep diakatakn telah dipelajari atau dipahami apabila yang diajar dapat menampilkan perilaku-perilaku tertentu. Macam-macam konsep yang kita pelajari tidak terbatas. Flawel (dalam Ratna Wilis Dahar, 2013;62-63) menyatakan bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi, yaitu sebagai berikut:
1)   Atribut, setiap konsep mempunyai sejumlah atribut yang berbeda. Contoh-contoh konsep harus mempunyai atribut yang relevan; termasuk jugga atribut yang tidak relevan.
2)   Struktur. Struktur menyangkkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut tersebut.
3)   Keabstrakan.
4)   Keinklusifan. Ini ditunjukan pada jumlah contoh yang terlibat dalam konsep itu.
5)   Generalisasi, makin umum suatu konsep makin banyak asosiasi yang dapat dibuat dengan konsep lainnya.
6)   Ketepatan, menyangkut apakah ada sekumpulan aturan untuk membedakan contoh dengan noncontoh suatu konsep.
7)   Kekuatan. Kekuatu suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting.
c.    Pemahaman Konsep
Menurut W.J.S Poerwodarminto (1996), pemahaman berasal dari kata “Paham” yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Sedangkan pemahaman peserta didik adalah proses, perbuatan, cara memahami sesuatu. Dan belajar adalah upaya memperoleh pemahaman.Hakekat belajar itu sendiri adalah usaha mencari dan menemukan makna atau pengertian. Berkaitan dengan hal ini J. Murshell (dalam Ardhana, W., Kaluge, L., & Purwanto. 2003) mengatakan: “Isi pelajaran yang bermakna bagi anak dapat dicapai bila pengajaran mengutamakan pemahaman, wawasan (insight) bukan hafalan dan latihan. Menurut Depdikbud, (1988: 636)Pemahaman diartikan sebagai pengertian yang mendalam. Sedangkan Mrozek (2000) menyatakan, pemahaman merupakan suatu proses memahami arti/makna tertentu dan kemampuan menggunakannya pada situasi lainnya. Selanjutnya, Dubinsky (2000) menyatakan, pemahaman tentang konsep materi pembelajaran IPS merupakan hasil konstruksi atau rekonstruksi dari objek-objek pembelajaran IPS yang dilakukan melalui aktivitas aksi, proses, dan objek yang dikoordinasi dalam suatu skema. Skema merupakan struktur kognitif yang digunakan seseorang untuk mengadaptasi dan mengorganisasikan stimulus (pengetahuan) yang datang dari lingkungan (Hudojo, 2003: 59).Sedangkan Bartlett (dalam Davis & Tall, 1999: 1) menyatakan bahwa skema merupakan penuntun dalam melakukan pengorganisasian informasi (pengetahuan) yang masuk dalam sistem memori pada suatu kumpulan pengetahuan.Secara sederhana, skema diibaratkan sebagai konsep-konsep atau kategori-kategori yang dipergunakan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan stimulus-stimulus (pengetahuan/informasi) yang datang dari luar.
Pembelajaran konsep merupakan proses mencari dan mendaftar sifat-sifat yang dapat digunakan untuk membedakan contoh-contoh yang tepat dan yang tidak tepat dari berbagai kategori. (Bruner, Goodnow dan Austin dalam miftahul huda, 2013;81). Pembelajaran konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep merupakan batu pembangun berfikir. Konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan dan aturan-aturan ini berasal dari konsep-konsep yang telah dipelajarinya. (Ratna Wilis Dahar, 2006;62).
Pada dasarnya pembelajaran konsep disini merupakan proses kognitif yang terjadi  di dalam diri seseorang. Adapun tiga proses kognitif tersebut meliputi : (1) proses perolehan informasi baru, (2) proses mentransformasikan informasi yang diterima, dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.(Brunner, dalam Ratna Wilis Dahar, 2006;77)
Menurut bruner (dalam Ratna Wilis Dahar, 2006;78) perolehan pengetahuan dari proses kognitif itu dapat disajikan dengan tiga cara yaitu : 1) cara penyajian enaktif, cara penyajian melalui tindakan. 2) Penyajian dengan ikonik, didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar yang mewakili suatu konsep tetapi tidak mewakili sepenuhnya konsep itu. Dan 3) penyajian secara simbolik, penyajian yang menggunakan kata-kata atau bahasa.

3.    Model Pembelajaran Visual, auditory, dan kinestetik (VAK)
a.    Pengertian Model Pembelajaran Visual, auditory, dan kinestetik (VAK)
Model-model pembelajaran adalah beberapa cara atau teknik yang digunakan oleh guru kepada siswa dalam menyajikan materi pembelajaran dalam sebuah proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang sudah dirancang dapat tercapai.
Teori belajar Visual, auditory, dan kinestetik (VAK) membahas mengenai gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik. Orang tidak hanya cenderung pada satu modalitas tertentu yang memberi mereka bakat dan kekurang alami tertentu . Menurut deporter, dkk (2000)  masing-masing gaya belajar menurut deporter, dkk (2000) mempunyai ciri pembelajaran sebagai berikut:
Ranah visual: modalitas ini mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat. Warna, hubungan, ruang, potret mental, dan gambar menonjol dalam modalitas ini. Seseorang dengan gaya belajar visual bercirikan sebagai berikut : 1) teratur, memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan, 2) mengingat dengan gambar, lebih suka membaca daripada dibacakan; 3) membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh. Dalam pembelajarannya di kelas, untuk siswa dengan gaya belajar visual, guru harus memperhatikan teknik pembelajaran sebagai berikut : 1) dorong siswa untuk menggambarkan informasi, dengan menggunakan peta, diagram, warna; 2) berdiri tenang saat menyajikan segmen informasi, bergeraklah diantara segmen; 3) bagikan salinan garis besar pelajaran, sisakan ruang kosong untuk catatan.
Auditorial : modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata yang diciptakan maupun diingat. Musik, nada, irama, rima, dialog internal dan suaro menonjol dalam gaya pembelajaran ini. Sesorang yang memiliki gaya belajar auditorial memiliki ciri sebagai berikut : 1) perhatiannya mudah terpecah; 2) berbicara debgan pola berirama; 3) belajar dengan cara mendengarkan, menggerakan bibir/ bersuara saat membaca; 3) berdialog secara internal dan eksternal. Dalam pembelajarannya di kelas, untuk siswa dengan gaya belajar visual, guru harus memperhatikan teknik pembelajaran sebagai berikut: 1) gunakan variasi vokal; 2) ajarkan sesuai dengan cara guru akan memberikan evaluasi; 3) setelah tiap segmen pengajaran, minta siswa bertukar pikiran dengan teman sebangkunya; 4) gunakan musik sebagai aba-aba untuk memulai kegiatan rutin.
Kinestetik : modalitas ini mengakses segala jenis gerak dan emosi diciptakan maupun didingat. Gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik menonjol dalam gaya pembelajaran ini. Sesorang dengan gaya pembelajaran kinestetik memiliki cirri sebagai berikut : 1) menyentuh orang dengan berdiri berdekatan, banyak bergerak; 2) belajar dengan melakukan, menunjukan, tulisan saat membaca, menaggapi secara fisik dan 3) mengingat sambil berjalan dan melihat. Dalam pembelajarannya di kelas, untuk siswa dengan gaya belajar visual, guru harus memperhatikan teknik pembelajaran sebagai berikut: 1) gunakan alat bantu saat mengajar untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan menekankan kata-kata kunci pembelajaran; 2) ciptakanlah simulasi konsep agar siswa mengalaminya; 3) peragakan konsep sambil memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajarinya tahap demi tahap dan 4) izinkan siswa berjalan-jalan di kelas.
Teori pembelajaran visual auditori kinestetik (VAK) adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan ketiga modalitas belajar tersebut untuk menjadikan pelajar merasa nyaman. Teori pembelajaran visual auditori kinestetik (VAK) ini merupakan anak dari model pembelajaran Quantum yang berprinsip untuk menjadikan situasi belajar menjadi lebih nyaman dan menjanjikan kesuksesan bagi pembelajarnya di masa depan. Pada pembelajaran visual auditori kinestetik (VAK), pembelajaran difokuskan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung (direct experience) dan menyenangkan. Pengalaman belajar secara langsung dengan cara belajar dengan mengingat (Visual), belajar dengan mendengar (Auditory), dan belajar dengan gerak dan emosi (Kinestethic) (DePorter dkk. 2000). Dan menurut Herdian dalam http://stefanustawangmangu.blogspot.com/2013/10/teori-belajar-vak.html, model pembelajaran visual auditori kinestetik (VAK) merupakan suatu model pembelajaran yang menganggap pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut (Visual, Auditory, Kinestethic), dan dapat diartikan bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan memanfaatkan potensi siswa yang telah dimilikinya dengan melatih dan mengembangkannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar langsung dengan bebas menggunakan modalitas yang dimilikinya untuk mencapai pemahaman dan pembelajaran yang efektif. 
b.    Prinsip Dasar Model Pembelajaran VAK
Dikarenakan pembelajaran VAK  sejalan dengan gerakan Accelerated Learning (AL), maka prinsipnya juga sejalan dengan AL yaitu:
·      pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh
·      pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi.
·      kerjasama membantu proses pembelajaran
·      pembelajaran berlangsung pada benyak tingkatan secara simultan
·      belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik.
·      emosi positif sangat membantu pembelajaran.
·      otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
c.    Kelebihan Model Pembelajaran VAK
Kelebihan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) adalah sebagai berikut.
·       Pembelajaran akan lebih efektif, karena mengkombinasikan ketiga gaya belajar.
·      Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki oleh pribadi masing-masing.
·      Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif
·      Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
·      Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik seperti demonstrasi, percobaan, observasi, dan diskusi aktif.
·      Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran siswa.
·      Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar karena model ini mampu melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
d.   Langkah-langkah Model Pembelajaran VAK
Langkah-langkah dalam pembelajaran VAK hampir sama dengan sintaks pada model pembelajaran SAVI (Somatik, Auditorial, Visual, dan Intelektual). Dapat disajikan sintaks pembelajaran VAK sebagai berikut.
1)   Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)
Pada kegiatan pendahuluan guru memberikan motivasi untuk membangkitkan minat siswa dalam belajar, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang kepada siswa, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk menjadikan siswa lebih siap dalam menerima pelajaran.
2)   Tahap Penyampaian (kegiatan inti pada eksplorasi)
Pada kegiatan inti guru mengarahkan siswa untuk menemukan materi pelajaran yang baru secara mandiri, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, yang sesuai dengan gaya belajar VAK. Tahap ini biasa disebut eksplorasi.
3)   Tahap Pelatihan (kegiatan inti pada elaborasi)
Pada tahap pelatihan guru membantu siswa untuk mengintegrasi dan menyerap pengetahuan serta keterampilan baru dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan gaya belajar VAK.
4)   Tahap penampilan hasil (kegiatan inti pada konfirmasi)
Tahap penampilan hasil merupakan tahap seorang guru membantu siswa dalam menerapkan dan memperluas pengetahuan maupun keterampilan baru yang mereka dapatkan, pada kegiatan belajar sehingga hasil belajar mengalami peningkatan. (Ngalimun, dalam http://dewinurel30.blogspot.com/2013/03/model-pembelajaran-vak.html).
Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunakan media pembelajaran pada model pembelajaran VAK adalah media yang digunakan harus dapat memenuhi ketiga modalitas belajar. Siswa dengan modalitas belajar visual dapat dibantu dengan media gambar, poster, grafik, dsb. Siswa dengan modalitas belajar auditory dibantu dengan media suara atau musik-musik yang dapat merangsang minat belajar atau memberikan kesan menyenangkan, rileks, dan nyaman bagi siswa, sementara bagi siswa kinesthetic diperlukan media-media pembelajaran yang dapat mengoptimalkan fungsi gerak siswa. Namun pembelajaran juga dapat dikemas dengan mengintegrasikan ketigamodalitas dengan menggunakan media audio visual yang dimodivikasi dengan kegiatan game atau kuis yang membebrikan kesempatan bagi siswa kinestetik.( Meier, Dave dalam http://dewinurel30.blogspot.com/2013/03/model-pembelajaran-vak.html).
4.    Aplikasi Model Pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK) dalam Pembelajaran IPA
Grinder dalam http://dewinurel30.blogspot.com/2013/03/model-pembelajaran-vak.html menyebutkan mereka yang memiliki HV (Hanya Visual), HS (Hanya Auditori), HK (Hanya Kinestetik). Kombinasi dari ketiga gaya belajar tersebut di dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebagai berikut :           
No
Tahap
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
1
Persiapan
Guru mempersiapkan materi mengenai sifat-sifat cahaya; bahan, alat dan perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Siswa membantu guru mempersiapkan bahan dan perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran
Guru melakukan tes awal tentang sifat-sifat cahaya untuk mengetahui pengetahuan awal siswa dan menentukan skor dasar siswa.
Siswa mengerjakan tes awal tentang materi sifat-sifat cahaya
2
Penyampaian
Guru melakukan apersepsi, yaitu dengan memunculkan rasa ingin tahu siswa dengan menggunakan media pembelajaran CD interaktif mengenai sifat-sifat cahaya, sehingga membantu siswa dalam berimajinasi dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa mengamati media pembelajaran yang ditampilkan oleh guru dan mengerjakan tugas yang tertera dalam media pembelajaran tersebut. (visual, auditori dan kinestetik).




   



Guru memotivasi siswa dalam mempelajari konsep tentang sifat-sifat cahaya.
Siswa mendengarkan dan menyimak motivasi yang diberikan guru tentang sifat-sifat cahaya (visual dan auditori).
Guru menyampaikan tujuan mempelajari konsep sifat-sifat cahaya yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
Siswa mengamati dan menyimak tujuan mempelajari konsep tentang sifat-sifat cahaya (visual, auditori)
Guru menyampaikan konsep mengenai sifat-sifat cahaya.
Siswa menyimak konsep yang disampaikan oleh guru kemudian membuat catatan penting mengenai konsep sifat-sifat cahaya pada buku catatan(visual, audio, kinestetik)
3
Pelatihan
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan percobaan berkaitan dengan konsep sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari. Kegiatan eksperimen ini dilakukan untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa agar lebih memahami konsep yang telah dipelajari.
Siswa bekerja dalam kelompok untuk melakukan eksperimen berkaitan dengan sifat-sifat cahaya.  (visual,audio dan kinestetik)
4
Mempresentasikan Hasil
Guru memberikan kesempatan kepada perwakilan masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya.
Salah seorang siswa perwakilan dari masing-masing kelompok membaca dengan keras dan mempresentasikan hasil diskusinya (visual, audio dan kinestetik).
Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi yang disampaikan.
Siswa dari kelompok lain mendengarkan, mengemukakan pendapat, memberikan gagasan dan menanggapi presentasi dari kelompok lain(visual, auditori dankinestetik)
(5)  Pelaksanaan Tes/ Kuis
Guru membagikan tes akhir kepada siswa, untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan belajar yang dicapai siswa, siswa diberikan nilai.
Siswa menjawab tes akhir secara individu, menerima penilaian individu dan kelompok(kinestetik).

H.      Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Retno Kartikasari (2011) dengan judul “Upaya Peningkatan Pembelajaran IPA Kelas V Melalui Penerapan Model VAK di SDN Merjosari 1 Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran VAK pada pembelajaran  IPA di Kelas V SDN Merjosari 1 Malang dapat dilaksanakan dengan efektif. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perolehan keberhasilan guru dalam menerapkan model VAK , pada siklus I pertemuan 1 sebesar 80, pertemuan 2 yaitu 90, kemudian meningkat di siklus II yaitu pada pertemuan 1 sebesar 95, dan pertemuan 2 yaitu 95. Aktivitas siswa juga mengalami peningkatan yaitu rata-rata aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 sebesar 65, pertemuan 2 sebesar 73, dan disiklus II pertemuan 1 sebesar 82, pertemuan 2 sebesar 85. Hasil belajar siswa pada siklus I mencapai rata-rata 67,05 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 59%, sedangkan di siklus II rata-rata meningkat menjadi 71,98 dengan persentase ketuntasan sebesar 87,09%.
Reni Dwi Lestari (2011) dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran VAK (Visual, Auditori, Kinestetik)Terhadap HAsil Belajar IPA Kelas III SDN Tanjungrejo 2 Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas IIIA sebgai kelompok eksperimen dan siswa kelas IIIB sebagai kelompok kontrol. Rata-rata nilai kemampuan akhir (post test) siswa kelompok eksperimen 85,21 lebih tinggi dari pada rata-rata nilai kemampuan akhir (post test) siswa kelompok kontrol 76,63. Rata-rata peningkatan nilai hasil belajar (gain score) siswa kelompok eksperimen 28,13 lebih tinggi dari pada rata-rata nilai hasil belajar (gain score) siswa kelompok kontrol 18,80. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dan pengaruh penerapan model pembalajaran VAK terhadap hasil belajar IPA siswa kelas III materi benda dan sifatnya SDN Tanjungrejo 2 Malang.
Merujuk dari beberapa temuan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan model visual-auditori-kinestetik (VAK), peneliti merasa tertarik untuk menggunakan model tersebut dalam meningkatkan pemahaman belajar peserta didik. Peneliti yakin dengan model pembelajarn VAK ini, akan dapat meningkatkan pemahaman peserta didik dalam pembelajaran IPA khususnya materi Sifat-sifat Cahaya.

I.         Kerangka Pikir Penelitian
Materi Pembelajaran IPA
Pokok bahasan : Sifat-sifat Cahaya
a.    Standar Kompetensi:
6.      Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model
b.   Kompetensi Dasar:
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
 
Model pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK) diprediksi akan meningkatkan pembelajaran konsep Sifat-Sifat Cahaya pada mata pelajaran IPA dengan alasan-alasan berikut :






Pembelajaran Konsep
Proses pembelajaran:
1.   Perolehan informasi
2.   Mentransformasikan informasi yang diterima
3.   Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan
 
Kelebihan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK):
1.    Pembelajaran akan lebih efektif, karena mengkombinasikan ketiga gaya belajar.
2.    Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki oleh pribadi masing-masing.
3.    Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif.
4.    Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
5.    Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik seperti demonstrasi, percobaan, observasi, dan diskusi aktif.
6.    Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran siswa.

 
Peningkatan HAsil Belajar Hasil Belajar
Meliputi beberapa aspek
1.   Kognitif
2.   Afektif
3.   Psikomotor
 
 
















Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, kelebihan dari model pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK) diprediksi dapat meningkatkan pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya pada mata pelajaran IPA yang nantinya akan berpengaruh pula pada hasil pembelajaran siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.  Karena pada model pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK), menekankan pada penciptaan suasana belajar yang menyenangkan sehingga peserta didik diharapkan menjadi antusias selama mengikuti kegitan belajar mengajar yang berlangsung. Dengan demikian materi pembelajaran yang disampaikan dapat diproses dengan baik oleh peserta didik.
Kemudian pada pembelajaran dengan penerapan model visual-auditori-kinestetik (VAK), kegiatan difokuskan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung (direct experience). dengan cara belajar meliputi mengingat (Visual), belajar dengan mendengar (Auditory), dan belajar dengan gerak dan emosi. Hal ini sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar dimana proses pembelajaran bukan hanya hafalan terhadap kumpulan konsep semata melainkan  dilakukan dengan penyelidikan sederhana untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang harus dikuasai. Dengan demikian pembelajaran akan lebih bermakna sehingga peserta didik akan mampu memahami mata pelajaran IPA secara keseluruhan tidak terbatas pada hafalan materi semata  
Selain itu, model pembelajaran ini sesuai untuk diterapkan dikelas dengan siswa yang memiliki karakteristik berbeda seperti kelas V di SDN 2 Suntenjaya. karena pembelajarannya difokuskan pada multi aspek. Model pembelajaran ini, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar langsung dengan bebas menggunakan modalitas yang dimilikinya untuk mencapai pemahaman dan pembelajaran yang efektif. Pada pelaksanaannya model pembelajaran VAK, memungkinkan guru memanfaatkan berbagai media pembelajaran yang dapat membuat proses pembelajaran semakin menarik minat peserta didik.




J.        DEFINISI OPERASIONAL
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengertian judul penelitian, maka penulis mendefinisikannya sebagai berikut :
1.    Model Pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK)
Model pembelajaran visual-auditori-kinestetik (VAK)  adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan ketiga modalitas belajar yang dimiliki siswa yaitu auditori, visual dan kinestetik untuk menjadikan si belajar merasa nyaman. Model pembelajaran VAK ini berprinsip untuk menjadikan situasi belajar menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.
2.    Pembelajaran Konsep
Pembelajaran konsep adalah hasil dari memori kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman konsep. Dengan indikator telah mampu menginterpretasikan informasi atau pengetahuan yang ia dapatkan baik secara enaktif, ikonik maupun simbolik. Mengimplementasikan konsep atau pengetahuan yang telah diperoleh untuk memahami gejala atau masalah yang dihadapi serta ketercapaian nilai KKM. Untuk melihat sejauh mana peningkatan pembelajaran konsep yang telah dilaksanakan, dilakukan dengan pengamatan aktivitas peserta didik dan pendidik  selama proses pembelajaran berlangsung,  dan tes tertulis maupun lisan secara individual dalam bentuk pre test post test. Hasil pengamatan  pre test dan post test nantinya akan dianalisi untuk melihat sejauh mana peningkatan yang terjadi dalam pembelajaran konsep, dan hasilnya dinyatakan secara deskriptif kualitatif.
K.      Hipotesis Tindakan
Menurut Ir. I Made Wirartha, M.Si, (2006:25)
Hipotesis merupakan tesis (kesimpulan) yang hipo (tarafnya rendah).Jadi hipotesis merupakan kesimpulan yang tarafnya rendah, disebut demikian karena belum diuji oleh kenyataan empiriknya.Oleh sebab itu pula disebut kesimpulan teoritik.Dan jika telah teruji oleh data empirik dan ternyata benar maka hipotesis itu menjadi tesis.

Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan dalam masalah penelitian tindakan kelas dapat dirumuskan sebagai berikut : “ada peningkatan dalam pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya dengan menggunakan model pembelajaran visual-auditori-kinestetik (VAK) di kelas V SDN 2 suntenjaya”

L.       METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
1.    Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian tindakan kelas. Menurut Suharsimi, dkk (2010) penelitian tindakan kelas merupakan siatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa suatu tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam suatu kelas secara bersama. Menurut Kemmis dan Mc Taggart, (1988) bahwa penelitian tindakan kelas adalah bentuk refleksi diri secara kolektif yang melibatkan partisipan dalam suatu situasi social untuk mengembangkan rasionalisasi dan justifikasi dari praktik pendidikan.
Penelitian ini berbasis kolaboratif, sehingga dalam pelaksanaannya penelitian dilakukan melalui kerja sama dengan guru wali kelas V SDN 2 Suntenjaya. Peneliti berperan sebagai guru untuk melakukan tindakan pembelajaran sesuai perencanaan tindakan yang dibuat.
2.      Prosedur Penelitian
Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya.




Jasmanyah76.wordpress.com
Dalam pelaksanaannya penilitian secara rinci terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
1)   Perencanaan tindakan, menggambarkan secara rinci hal-hal yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan, diuraikan sebagai berikut:
a.    Mendiskusikan dengan guru tentang langkah-langkah, model, dan media yang akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
b.    Menyesuaikan rancangan penelitian dengan pokok bahasan
c.    Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
d.   Mempersiapkan media yang akan digunakan untuk mengaplikasikan kegiatan eksperimen
e.    Mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran yang perlu disiapkan dan dikembangkan, yaitu: lembaran-lembaran evaluasi dan instrumen lain berikut kriteria penilaian dan kunci jawaban yang akan disiapkan dan dikembangkan.
f.     Mempersiapkan alat-alat untuk dokumentasi kegiatan pembelajaran
2)   Pelaksanaan tindakan berisi uraian tahapan-tahapan tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti, observer, dan peserta didik dalam pembelajaran. Pelaksanaan dilakukan pada bulan Maret-April 2014. Uraian dari tahapan pelaksanaan adalah sebagai berikut:
a.    Pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dalam tahap ini kegiatan pembelajaran yang dirumuskan diaplikasikan dalam kelas. Dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
·      Peneliti sebagai guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran visual, audiovisual dan kinestetik (VAK)
·      Langkah pembelajaran diawali dengan pengeksplorasian pengetahuan awal siswa mengenai materi cahaya, kemudian menyebutkan sifat-sifat cahaya. Pada langkah ini, guru sebagai motivator mmembangun motivasi siswa.
·      Pembelajaran dilanjutkan dengan penayangan obyek yang dipilih (media pembelajaran interaktif sifat-sifat cahaya). Penayangan CD interaktif ini menjadi salah satu langkah dalam membangun motivasi siswa sekaligus memberikan penginderaan mengenai materi pembelajaran yang dilakukan.
·      Guru memberikan penjelasan sedikit tentang materi dengan bantuan media diatas, kemudian memberikan pertanyaan kepada siswa berhubungan dengan materi yang disampaikan.
·      Siswa bekerja dalam kelompok untuk melakukan eksperimen berkaitan dengan sifat-sifat cahaya. Kegiatan eksperimen ini dilakukan untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa agar lebih memahami konsep sifat-sifat cahaya yang telah diberikan.
·      Salah satu perwakilan siswa mempresentasikan masing-masing hasil percobaan yang telah dilakukan kelompoknya.
·      Pada akhir pembelajaran, pembelajaran ditutup dengan menyimpulkan dan merespon kegiatan yang telah dialami. Tahap ini merupakan salah satu bentuk konfirmasi dalam pembelajaran.
3)   Observasi, menggambarkan mengenai pengamatan observer terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dan sembilan orang peserta didik. Mengobservasi kesesuaian rencana dengan aplikasinya pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar serta mengobservasi ketercapaian indikator kognitif dan indikator afektif pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi ini dilakukan oleh observer dengan menggunakan instrument yang telah disiapkan oleh peserta didik.
4)   Refleksi, dilakukan untuk mengevaluasi kekurangan dan kelebihan proses belajar mengajar pada siklus I. Kekurangan dapat diperbaiki pada siklus berikutnya
Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam beberapa siklus. Apabila pada siklus II belum juga mengarah kepada perubahan proses pembelajaran dan hasil belajar maka dapat dilakukan siklus III. Siklus dapat dihentikan jika hasil belajar yang diinginkan telah tercapai. Refleksi Awal, perencanaan tindakan, pelaksanaaan tindakan, dan refleksi pada siklus II dapat dilakukan atas hasil evaluasi dari siklus I dan begitu juga dengan siklus selanjutnya.
3.      Teknik Pengumpulan Data
Sehubungan dengan adanya pertanyaan penelitian yang tersedia, yaitu :
1)   Bagaimanakah peningkatan pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya melalui penerapan model pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK) di SDN 2 Suntenjaya?
2)   Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan model pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK) di SDN 2 Suntenjaya?
Maka terdapat dua jenis data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
a.    peningkatan pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya melalui penerapan model pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK)
Data ini dikumpulkan melalui lembar observasi mengenai aktivitas peserta didik dan pendidik selama kegiatan belajar mengajar dikelas, angket ketercapaian pembelajaran dan kinerja pendidik dalam kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran VAK serta rekaman pembelajaran yang diambil oleh observer yang kemudian dianalisis secara deskriptip.
b.    Data peningkatan hasil belajar siswa
Data ini dikumpulkan melalui penggunaan lembar observasi aktivitas selama melakukan kegiatan praktikum, penilaian produk yang dibuat peserta didik yang menjadi sampel dalam penelitian dan tes  yang dibuat oleh pendidik dalam penelitian ini. Data ini kemudian dianalisis secara deskriptif.

4.      Instrumen Penelitian
Berikut uraian instrument yang digunakan dalam penelitian :
a.    Tes
                 Instrument ini digunakan untuk memperoleh data mengenai pemahaman peserta didik. Instrument ini berupa tes uraian yang mengukur pemahaman peserta didik terhadap materi berdasarkan indikator pemahaman yang telah ditentukan. Dimana dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu pre test untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal peserta didik tentang materi sifat-sifat cahaya dan post test untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman yang didapatkan peserta didik setelah diberikan treatment.
b.    Angket
            Instrument ini digunakan untuk memperoleh data mengenai ketercapaian pembelajaran melalui model pembelajaran VAK serta kinerja pendidik selama KBM berlangsung.
c.    Lembar Observasi
                 Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data mengenai aktivitas  sebagai bentuk respon peserta didik selama kegiatan belajar mengajar di kelas dengan peneran model pembelajaran visual-auditori-kinestetik (VAK) dan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran melalui kemampuan peserta didik dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pendidik. Instrumen ini digunakan oleh observer untuk sembilan orang peserta didik.
d.   Dokumentasi         
                 Teknik dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen arsip, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.Dokumen sehubungan penelitian harus sesuai dengan fokus masalah penelitian dan tujuan. Dalam penelitian ini yang dipakai adalah dokumentasi dalam bentuk foto dan video selama pembelajaran berlangsung.

5.    Analisis Data
Dalam menjawab pertanyaan penelitian, analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yang akan digunakan dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta mentafsirkan mengenai pemahaman dan keaktifan belajar peserta didik yang diperoleh dari tes uraian serta lembar observasi dan dokumentasi untuk untuk mengetahui peningkatan pemahaman peserta didik.
Menurut Takari (2008: 29)Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
a.         Reduksi data adalah proses penyederhanaan data yang dilakukan melalui seleksi, pengelompokan, dan pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi bermakna.
b.        Paparan data merupakan suatu upaya menampilkan data secara jelas dan mudah dipahami dalam bentuk paparan naratif, tabel, grafik, atau perwujudan lainnya yang dapat memberikan gambaran jelas tentang proses dan hasil tindakan lainnya.
c.         Penyimpulan merupakan pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisasikan dalam bentuk pernyataan atau kalimat singkat, padat dan bermakna.
.
6.      Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.         Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDN 2 Suntenjaya yang berjumlah 34 peserta didik.
b.         Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah SDN 2 Suntenjaya yang beralamat di Kp. Gandok Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
c.         Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini diprediksi selesai dalam empat bulan yaitu dari Maret-Juni 2014.

M.     Sistematika Penulisan
            Hasil penelitian tindakan kelas ini akan dilaporkan dalam bentuk skripsi. Skripsi yang dimaksud terdiri dari 5 bab.
BAB I  Pendahuluan. Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian dan definisi operasional.
BAB II      Kajian Teori. Dalam bab ini berisi tentang pengertian 1) Karakteristik Pembelajaran IPA yang di dalamnya membahas: pengertian IPA, hakikat IPA dan tujuan pembelajaran IPA. 2) Pembelajaran Konsep yang didalamnya membahas juga mengenai pengertian pembelajaran, konsep, dan pemahaman konsep. c) Model pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK), d) Aplikasi model pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK) dalam pembelajaran IPA, e) Kajian hasil penelitian yang relevan dan e). Kerangka berfikir.
BAB III    Metode Penelitian. Dalam bab ini diuraikan tentang metode penelitian, model penelitian, lokasi dan waktu, subjek penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian dan analisis dan interpretasi data
BAB IV    Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini diurakan tentang penerapan model pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK), penyajian data, analisis data tentang penerapan model pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK)  dalam meningkatkan pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya di SD kelas V.
BAB V Simpulan dan Rekomendasi. Dalam bab ini berisikan tentang simpulan dari hasil penelitian serta rekomendasi yang merupakan tindak lanjut dari hasil penelitian yang ditemukan.

N.      JADWAL PENELITIAN
Waktu penelitian adalah empat bulan terhitung mulai bulan Maret sampai dengan Juni 2014. Urutan kegiatan beserta jadwal pelaksanaannya disajikan pada berikut.

No
Uraian Kegiatan
Bulan
Maret
April
Mei
Juni
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Perencanaan
















2
Penyusunan Proposal
















3
Pelaksanaan Tindakan
















4
Pengumpulan Data
















5
Pengelolaan Data
















6
Penyusunan Laporan

















O.      DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, suharsimi, dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Azmiyawati, Choiril dan Hadi, Wigati dkk. (2008). IPA Salingtemas untuk kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen PendidikanNasional.
DePorter, Bobby dan Mike Hernacki.(2011). Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan.Bandung: Kafia.
Deporter, Boby,  dan Reardorn, Mark dkk. (2000). Quantum Teaching Mempraktikan Quantum Learning di Kelas. Bandung : Kafia
Dinas Pendidikan dan kebudayaan (2013) Kabupaten Bandung.
Huda, Miftahul. (2013). Model-model Pembelajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sulistyanto, Heri dan Wiyono, Edy. (2008). Ilmu pengetahuan alam untuk SD dan MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen PendidikanNasional.
Susanto, Ahmad. (2012). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana
Wilis Dahar, Ratna. (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Jakarta
Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya
Lestari, Dewi Reni. (2011). Karya ILmiah. [Online]. Tersedia : http://library.um.ac.id/free-contents/new-karyailmiah/detail.php/52457.php. (16 Maret 2014)
Neni, s. (2012). BAB II:Kajian Pustaka. [Online]. Tersedia:  http://eprints.uny.ac.id/9741/5/BAB%202%20-%2008108244136.pdf. (8 Desember 2013)
Nizbah, Faizal. (2013). Hakikat IPA. [Online]. Tersedia: http://faizalnizbah.blogspot.com/2013/05/hakikat-ipa.html. (8 Desember 2013).
Nurelah, Dewi. (2012). Model Pembelajaran Vak. [Online]. Tersedia: : http://dewinurel30.blogspot.com/2013/03/model-pembelajaran-vak.html. (8 Desember 2013)
Octavianus,  Steaven. (2013). Teori Belajar VAK. [Online]. Tersedia: http://stefanustawangmangu.blogspot.com/2013/10/teori-belajar-vak.html (20 September 2013)
Pradigo, Afdal. (2011). Aspek Hasil Belajar Menurut Bloom. [Online]. Tersedia: http://adfal86.blogspot.com/2011/11/aspek-hasil-belajar-menurut-bloom.html. (8 Desember 2013)
Samultian, Cayang. (2013). Hakikat Pembelajaran IPA di SD. [Online]. Tersedia: http://cayangsamultian.blogspot.com/2013/01/hakikat-pembelajaran-ipa-di-sd.html. (8 Desember 2013)
http://www.sangsukses.blogspot.com/Pengertianpemahamanpesertadidik.html. Diakses tanggal 2 November 2013